Ga kerasa udah 1 tahun blog
aneh ini gue jalanin seperti manusia lazim lainnya. Ternyata banyak juga yang
mau baca tulisan-tulisan terkutuk ini, dan ngefollow blog gue. Yah,
mudah-mudahan 5 orang yang udah ngefollow blog biadab ini ga terkena serangan
jantung setelah melihat postingan-postingan gue terpampang mesra di dasbor blog
kalian. Mudah-mudahan. Dan buat para silent
reader yang selalu setia membaca blog gue, gue berharap kalian punya blog
sendiri, dan ngefollow gue *maksa*..
ga ga, makasih banyak udah mau baca-baca tulisan gue. Stay tune on my blog guys!
Eniwei, kali ini gue mau ngebahas tentang
liburan. Lo semua tau tentang ini bukan? Ya, ini adalah suatu kegiatan yang
sangat mengembalikan prima otak setelah sumpek berurusan dengan perkara dunia.
Liburan
adalah suatu kejadian dimana kita butuh waktu istirahat dan refreshing dari kesibukan yang
menyelimuti keseharian kita. Bahkan liburan bisa digunain untuk menyalurkan
hobi, seperti jalan-jalan ke luar kota bahkan luar negeri, seperti yang
temen-temen gue lakuin, Vina, Anshar, Afiq, dan Vivin. Ga seperti gue, yang
hanya liburan di depan TV dan laptop yang berlatar The Amazing World of Gumball.
Kebanyakan
hari-hari liburan ini gue habiskan dengan menonton TV. Ya, sejak 2 bulan yang
lalu, nyokap gue memutuskan untuk berlangganan dengan TV kabel. Berbeda dengan
TV berlangganan, cuma ini lebih murah, dan pake kabel yang menjulur kemana-man.
Ya, setidaknya gue bisa menonton tayangan dari luar sana yang ga pernah gue
dapetin dengan antena biasa. Gue aja sampai histeris melihat ada gajah yang
lagi mandi di sungai, saat ditanyangkan di salah satu channel. Akhirnya gue
bisa nonton adegan tanpa sensor. *plak*
Salah satu
tayangan yang gue tonton selama liburan yaitu, film drama korea. Waktu itu
kakak gue lagi asik-asiknya nonton film jenis ini, namanya ‘Bravo, Mr. Lee’.
Dia emang suka nonton film yang bentuknya seperti itu. Karena TV yang di
pasangkan dengan TV kabel cuma 1, dengan keadaan terpaksa gue juga nonton
dialog-dialog pembicaraan yang tak sanggup gue cerna dengan kemampuan otak gue.
Untungnya, ada subtitle atau translate dari setiap dialog yang mereka
ucapkan.. otak gue selamat.
Di episode
yang gue ga tau pastinya berapa, diceritakan bahwa ada sepasang suami istri
berniat untuk bercerai. Mereka telah membuat janji dengan pengadilan agama
setempat, dan mendapatkan surat untuk sidang perceraian. Melihat kejadian itu,
sang adik dari pihak lelaki, merasa sangat menyayangkan keputusan mereka.
Keputusan mereka tentu saja berakibat fatal terhadap masa depan anak-anaknya,
yang masih bau kemenyan minyak telon, dan mungkin baru masuk PAUD dan
SD.
Sang adik
perempuan dari pihak lelaki tersebut mendatangi kediaman perempuan yang mau
diceraikan abangnya. Mencoba untuk idak melakukan percerain mereka. Kira-kira
percakapan mereka seperti ini:
Adik pihak
lelaki: Shin shou! ko wo, Wo shin shyie ye?*
Subtitle: Kakak! Aku sudah mengetahui
perceraian kalian. Apakah kalian tidak memikirkannya matang-matang?
Perempuan
yang mau diceraiin: Shin syie! Wo ki bun ko yo!*
Subtitle: Sudahlah! Abangmu itu yang mau
menceraikanku!
Adik pihak
lelaki: Wo jyuo wo ko teo rou? Hi juo no kor jin yo!*
Subtitle: Apa kau tidak memikirkan nasib
anak-anak mu? Apa kau mau mereka hidup dengan kesedihan tanpa orang tua
lengkap?
Perempuan
yang mau diceraiin: Heng gu geiyo. Wo sarang yo? WO
AI NI YOOUUW!!**
Subtitle: Aku tahu itu. Tapi mau bagaimana
lagi? NASI UDAH JADI BUBUR!
Adik pihak
lelaki: Wo? Neng sarang nges to? Bara bara wei yo?*
Subtitle: Apa?
Apa kau tahu kalo anak-anakmu kuat menghadapi masalah yang dimilikinya?
* Pengucapan bahasa korea yang disampaikan dan
gue tulis, jauh dari kaidah penulisan yang baik dan benar. Harap maklum.
** Apalagi yang ini.
Sampai saat
adegan ini, gue akhirnya terbawa suasana. Drama sejenis ini mampu menarik ulur emosi
gue. Gue jadi pengen tahu, apa yang bakal terjadi selanjutnya. Tapi, semua
berubah, saat negara api menyerang. Subtitlenya
ga jalan sama sekali. Otak gue terancam bahaya.
Selama 2
menit dengan percakapan luar biasa antara adik dari pihak lelaki dan perempuan
yang mau di ceraiin itu, terpampang mesra di layar TV gue, tanpa subtitle. Gue ga sanggup menahan
keperihan ini. Mata gue terasa terbakar, dan otak gue rusak.
“Ini translatenya mana ya?” kakak gue baru
menyadari hal ini.
“Tau tuh,
lagi tidur mungkin.” gue mencoba mengalihkan pandangan gue dari TV untuk
meminimalisir kerusakan otak ini.
Mungkin
karena terbangun dari tidurnya, tetiba layar TV gue penuh dengan subtitle-subtitle yang ga jalan tadi.
Mata gue meledak, otak gue konslet.
0 komentar:
Posting Komentar