Liburan part II, Versi: ‘Ga Tahu Malu’


Selain nontonin film sejenis drama korea, gue juga pernah diajak sama Afiq, Anshar, dan Vina, pergi jalan bareng ke tepi pulau Sumatera Barat, ya pantai. Katanya mau ngabisin waktu sebelum mereka berangkat TKI ke Malaysia dan Singapura sana. 

Siang itu, sekitar jam 11an, gue yang lagi asik-asiknya molor, secara tiba-tiba di sms-in sama gadis paruh baya bertubuh kecil yang katanya ‘single’. “Om, ntar kita mau ke rumah loooooo. Wait dengan tampan yaaaaa.” What?! Gue ga kaget kalo dibilang tampan, tapi yang gue kagetin adalah, kenapa tiba-tiba tuh bocah mau ke rumah gue? Trus pake kata ‘kita’ lagi. Ada yang ga beres. Dengan santainya gue bales, “Ngapain?”. Trus dia hanya ngebales, “adadeeeeeehhh”. Perasaaan gue makin ga enak, ada sesuatu yang mengganjal.


Dengan tampan, gue menunggu kehadiran ‘mereka’ di rumah gue, sampai jam 3, dan mereka belum dateng. Nih anak sepertinya mau ngerjain gue, pikir gue dalam hati. Akhir dari penantian lama ini, akhirnya diakhiri dengan kehadiran mereka di depan rumah gue.. jam 4 sore, fak. Ketampanan gue yang seperti Nobita, sekarang udah berubah menjadi ekspresi muka Dora yang lagi push-up. “Waaahh, si muka tampan sudah keluar” teriak Ginuk saat gue membukakan pintu. Saat dia liat muka gue, dia langsung muntaber.

Saat itu yang hadir dirumah gue ada Afiqh, Vina, dan tentu saja gadis yang katanya single tadi, alias Ginuk. Mereka ternyata ngajakin gue pergi ke pantai Padang, berhubung gue suka laut gue langsung nerima ajakan mereka, walaupun tampang gue ga tampan lagi.

Nyampe disana, kami udah ditungguin sama Anshar, yang katanya udah 1 jam lumutan nungguin janjian beginian, ternyata ga hanya gue aja yang kena PHP. Kami pergi ke taman Muaro Lasak, tempat yang baru dibangun pantai Padang yang lumayan kece untuk di kunjungi. Sepertinya pantai ini sudah seperti pantai-pantai besar yang ada di Indonesia, pakai nama yang terbuat dari blok-blok semen.

Nah, karena yang punya ide beginian adalah Ginuk, jadi tugas kami hanya ngikutin instruksi dari gadis yang katanya single ini. Pertama-tama foto bareng dengan nama taman Muaro Lasak.

“Lo kesini cuma mau foto beginian?” tanya Vina ke Ginuk. “Iya, kapan lagi cobak? Lo ga pengen apa punya PP yang ada blok-blok nama beginian?” jawab Ginuk dengan ceria. “Lo, mau foto-foto dimana? Noh liat noh! Banyak yang pacaran di depan tuh blok.” Sahut Afiqh. Memang bener, di depan blok nama Muaro Lasak, emang lagi rame banget sama orang pacaran. Jadi, kalo mau eksis didepan tuh blok, harus ga punya malu dulu pas monyongin bibir sambil meletakkan satu jari deket bibir yang dimonyongin ditambah pantat yang ditungging.

“Yaah, terus gimana dong? Masa harus ruined gara-gara rame begitu?” sahut Ginuk dengan mata Puppy Eyes. Ah, mata itu, kita pada ga tahan jika dikasih mata anak wawau seperti itu. “Oke oke..” Jawab Anshar. “Tapi lo harus nerima apa yang terjadi ya?” tambahnya. “Iyaaa!!!” jawab Ginuk bersemangat.

Setelah muter-muter depan blok nama yang terbuat dari semen itu, akhirnya kami memilih untuk duduk.. di depan papan pengumuman. “Yaah.. kok disini siih?” tanya Ginuk kecewa. “Udah, disini aja, rame banget nuk.” Jawab gue. “Lagian kita kan duduk disebelah blok nama Muaro lasak? Masih keliatan kok.. yah walaupun hanya huruf M doang sih.” Tambah gue. “Yaelah itu doang mo. Yaudah deh, keluarin kamera dong!” kata ginuk udah mulai gerah pengen foto-foto. “Gue ga bawa kamera nuk. Pake aja kamera hp afiq dulu. Kameranya kan kece gitu, andriod.” Jawab gue polos. “Android, mo. Android.” Jawab ginuk ngebenerin.

Setelah beberapa kali jepret, akhirnya hasrat Ginuk ingin foto-foto akhirnya terpuaskan juga. Ya, walaupun hasilnya ga seindah yang diharapkan, foto-foto di depan papan pengumuman ternyata bisa menjadi alternatif kami.

Setelah merasa cukup puas berfoto di depan papan pengumuman taman Muaro lasak, akhirnya kita berangkat menuju destinasi selanjutnya. Ginuk kepengen banget naik becak. Becak salah gaul.

Becak jenis ini terdiri dari 4 roda, 1 stir untuk kemudi, 4 buah pedal pengayuh, 1 buah rem tangan, dan 2 set papan kayu sebagai tempat duduk. Dan, semua lengkap sudah saat kita menaikinya. Seperti menaiki mobil-mobilan tanpa spion. 

Di perjalanan menyusuri pantai, udah beribu-ribu pasang mata ngeliatin kami sambil cekikikan dan mangap-mangap. Sebenernya tengsin juga sih diliatin dengan mata terpana gitu. Tapi, ya mau gimana lagi? Beras udah jadi nasi. Kami udah terlanjur malu-maluin. Yah walaupun kadar ‘kemaluan’ kita sudah sangat sedikit.

“Oi, udah nyampe ujung nih. Kita mau kemana lagi?” sahut Afiqh. “Ke Mekdi nyok? Kan udah ada mobil berjenis becak nih, jadi kita Drive Thru aja.” Jawab gue polos. “Gila lo! Lo mau bikin kita tambah malu?” celetuk Ginuk. “Nanggung-nanggung malu nuk.” Jawab gue polos lagi. Dan akhirnya, setelah lama berpikir keras..”Oke,gue sepakat.”

Di perjalanan menuju tkp, banyak sekali orang-orang terpana melihat kehadiran makhluk seperti kami. Mungkin udah disangka sekumpulan orang stress lagi nyuri becak ke-gaul-an. Mirip seperti orang gila yang baru lepas dari kandang babon ababil.

Sesampainya disana, ada sebuah kotak merah dengan speakernya nyambutin kami. “Selamat sore. Ada yang bisa saya bantu. kikikikk” terdengar jelas cekikikan mbak-mbak mekdinya. Kalo didenger-denger lagi, mirip cekikikan kuntilanak yang kelindes skuter warna pink. Serak-serak basah gitu. “Iya, mbak. Kita mesen mek flotnya lima bji ya, mbak?” jawab Anshar pede. “Oke, pesanannya bisa diambil di spot berikutnya, ya? Kikikikikk..” jawab mbaknya lagi sambil cekikikan. Kali ini lebih parah.

“Nah, dorong lagi!” teriak Anshar kepada kami seolah-olah pekerja rodi yang mecambukkan cambuk ke udara sambil berteriak “HIAAH!! HIAAAH!!” CETASSS... CETAASSS.. gitu. Dan kita sukses mendorong becak salah gaul dengan luka di sekujur tubuh.

Di spot berikutnya, kami menunggu pesanan dengan muka polos. Disaat yang sama, para satpam di mekdi telah memasang aba-aba siaga terhadap kami. Mereka sudah bersiap-siap melakukan penangkapan jika kami melakukan perbuatan terlarang seperti nge-drag dari spot pengambilan pesanan dengan kecepatan penuh, atau nabrakin becak salah gaul ini ke mekdi dan menyebabkan kematian semua pelanggan, dan kami pun mati syahid.


Becak salah gaul & lagi kalem

Setelah bayar dan ngambil pesanan, kita langsung cabut dari sana, takutnya kita disangka teroris dengan modus membeli makanan secara drive-thru. Akhirnya kita kabur dengan terbirit-birit sampai-sampai mek flotnya jatuh. “WOOIII!! MEK FLOTNYA JATUH, KAMPREETT!!” teriak Ginuk histeris. Gue dengan sigap langsung loncat dari becak salah gaul dan mungutin mek flot yang terjatuh. Untunglah mek flotnya gapapa, tapi disaat gue balik badan, becak salah gaul tadi udah oleng sana-sini kayak lagi nari balet gara-gara gue loncat dari becak salah gaul dengan tiba-tiba. “KAMPRET LUUU!! BECAKNYA HAMPIR JATOH NYET!!” teriak Ginuk lagi. “Sorry deh..” jawab gue sambil nahan ketawa.

Akhirnya kita kembali ke pangkalan beccak salah gaul ini berada, dan mengahabiskan mek flot yang sempet jatuh sambil menikmati sunset. Gue berharap, harga operasi plastik udah turun, dan gue bisa mengganti wajah ga tahu malu ini.

0 komentar:

Posting Komentar

 
Copyright © Monyet Absurd