Selain
nontonin film sejenis drama korea, gue juga pernah diajak sama Afiq, Anshar,
dan Vina, pergi jalan bareng ke tepi pulau Sumatera Barat, ya pantai. Katanya
mau ngabisin waktu sebelum mereka berangkat TKI ke Malaysia dan
Singapura sana.
Siang itu,
sekitar jam 11an, gue yang lagi asik-asiknya molor, secara tiba-tiba di sms-in
sama gadis paruh baya bertubuh kecil yang katanya ‘single’. “Om, ntar
kita mau ke rumah loooooo. Wait
dengan tampan yaaaaa.” What?! Gue ga
kaget kalo dibilang tampan, tapi yang gue kagetin adalah, kenapa tiba-tiba tuh
bocah mau ke rumah gue? Trus pake kata ‘kita’ lagi. Ada yang ga beres. Dengan
santainya gue bales, “Ngapain?”. Trus dia hanya ngebales, “adadeeeeeehhh”.
Perasaaan gue makin ga enak, ada sesuatu yang mengganjal.
Dengan
tampan, gue menunggu kehadiran ‘mereka’ di rumah gue, sampai jam 3, dan mereka
belum dateng. Nih anak sepertinya mau ngerjain gue, pikir gue dalam hati. Akhir
dari penantian lama ini, akhirnya diakhiri dengan kehadiran mereka di depan
rumah gue.. jam 4 sore, fak.
Ketampanan gue yang seperti Nobita, sekarang udah berubah menjadi ekspresi muka
Dora yang lagi push-up. “Waaahh, si
muka tampan sudah keluar” teriak Ginuk saat gue membukakan pintu. Saat dia liat
muka gue, dia langsung muntaber.
Saat itu
yang hadir dirumah gue ada Afiqh, Vina, dan tentu saja gadis yang katanya
single tadi, alias Ginuk. Mereka ternyata ngajakin gue pergi ke pantai Padang,
berhubung gue suka laut gue langsung nerima ajakan mereka, walaupun tampang gue
ga tampan lagi.
Nyampe
disana, kami udah ditungguin sama Anshar, yang katanya udah 1 jam lumutan
nungguin janjian beginian, ternyata ga hanya gue aja yang kena PHP. Kami pergi
ke taman Muaro Lasak, tempat yang baru dibangun pantai Padang yang lumayan kece
untuk di kunjungi. Sepertinya pantai ini sudah seperti pantai-pantai besar yang
ada di Indonesia, pakai nama yang terbuat dari blok-blok semen.
Nah, karena
yang punya ide beginian adalah Ginuk, jadi tugas kami hanya ngikutin instruksi
dari gadis yang katanya single ini. Pertama-tama foto bareng dengan nama taman
Muaro Lasak.
“Lo kesini
cuma mau foto beginian?” tanya Vina ke Ginuk. “Iya, kapan lagi cobak? Lo ga
pengen apa punya PP yang ada blok-blok nama beginian?” jawab Ginuk dengan
ceria. “Lo, mau foto-foto dimana? Noh liat noh! Banyak yang pacaran di depan
tuh blok.” Sahut Afiqh. Memang bener, di depan blok nama Muaro Lasak, emang lagi
rame banget sama orang pacaran. Jadi, kalo mau eksis didepan tuh blok, harus ga
punya malu dulu pas monyongin bibir sambil meletakkan satu jari deket bibir
yang dimonyongin ditambah pantat yang ditungging.
“Yaah,
terus gimana dong? Masa harus ruined
gara-gara rame begitu?” sahut Ginuk dengan mata Puppy Eyes. Ah, mata itu, kita pada ga tahan jika dikasih mata anak
wawau seperti itu. “Oke oke..” Jawab Anshar. “Tapi lo harus nerima apa yang
terjadi ya?” tambahnya. “Iyaaa!!!” jawab Ginuk bersemangat.
Setelah muter-muter
depan blok nama yang terbuat dari semen itu, akhirnya kami memilih untuk
duduk.. di depan papan pengumuman. “Yaah.. kok disini siih?” tanya Ginuk
kecewa. “Udah, disini aja, rame banget nuk.” Jawab gue. “Lagian kita kan duduk
disebelah blok nama Muaro lasak? Masih keliatan kok.. yah walaupun hanya huruf
M doang sih.” Tambah gue. “Yaelah itu doang mo. Yaudah deh, keluarin kamera
dong!” kata ginuk udah mulai gerah pengen foto-foto. “Gue ga bawa kamera nuk.
Pake aja kamera hp afiq dulu. Kameranya kan kece gitu, andriod.” Jawab gue
polos. “Android, mo. Android.” Jawab ginuk ngebenerin.
Setelah beberapa
kali jepret, akhirnya hasrat Ginuk ingin foto-foto akhirnya terpuaskan juga.
Ya, walaupun hasilnya ga seindah yang diharapkan, foto-foto di depan papan
pengumuman ternyata bisa menjadi alternatif kami.
Setelah merasa
cukup puas berfoto di depan papan pengumuman taman Muaro lasak, akhirnya kita
berangkat menuju destinasi selanjutnya. Ginuk kepengen banget naik becak. Becak
salah gaul.
Becak jenis
ini terdiri dari 4 roda, 1 stir untuk kemudi, 4 buah pedal pengayuh, 1 buah rem
tangan, dan 2 set papan kayu sebagai tempat duduk. Dan, semua lengkap sudah
saat kita menaikinya. Seperti menaiki mobil-mobilan tanpa spion.
Di
perjalanan menyusuri pantai, udah beribu-ribu pasang mata ngeliatin kami sambil
cekikikan dan mangap-mangap. Sebenernya tengsin juga sih diliatin dengan mata
terpana gitu. Tapi, ya mau gimana lagi? Beras udah jadi nasi. Kami udah
terlanjur malu-maluin. Yah walaupun kadar ‘kemaluan’ kita sudah sangat sedikit.
“Oi, udah
nyampe ujung nih. Kita mau kemana lagi?” sahut Afiqh. “Ke Mekdi nyok? Kan udah
ada mobil berjenis becak nih, jadi kita Drive Thru aja.” Jawab gue polos. “Gila
lo! Lo mau bikin kita tambah malu?” celetuk Ginuk. “Nanggung-nanggung malu
nuk.” Jawab gue polos lagi. Dan akhirnya, setelah lama berpikir keras..”Oke,gue
sepakat.”
Di
perjalanan menuju tkp, banyak sekali orang-orang terpana melihat kehadiran makhluk
seperti kami. Mungkin udah disangka sekumpulan orang stress lagi nyuri becak
ke-gaul-an. Mirip seperti orang gila yang baru lepas dari kandang babon ababil.
Sesampainya
disana, ada sebuah kotak merah dengan speakernya nyambutin kami. “Selamat sore.
Ada yang bisa saya bantu. kikikikk” terdengar jelas cekikikan mbak-mbak
mekdinya. Kalo didenger-denger lagi, mirip cekikikan kuntilanak yang kelindes
skuter warna pink. Serak-serak basah gitu. “Iya, mbak. Kita mesen mek flotnya
lima bji ya, mbak?” jawab Anshar pede. “Oke, pesanannya bisa diambil di spot
berikutnya, ya? Kikikikikk..” jawab mbaknya lagi sambil cekikikan. Kali ini
lebih parah.
“Nah,
dorong lagi!” teriak Anshar kepada kami seolah-olah pekerja rodi yang
mecambukkan cambuk ke udara sambil berteriak “HIAAH!! HIAAAH!!” CETASSS...
CETAASSS.. gitu. Dan kita sukses mendorong becak salah gaul dengan luka di
sekujur tubuh.
Di spot
berikutnya, kami menunggu pesanan dengan muka polos. Disaat yang sama, para
satpam di mekdi telah memasang aba-aba siaga terhadap kami. Mereka sudah
bersiap-siap melakukan penangkapan jika kami melakukan perbuatan terlarang
seperti nge-drag dari spot
pengambilan pesanan dengan kecepatan penuh, atau nabrakin becak salah gaul ini
ke mekdi dan menyebabkan kematian semua pelanggan, dan kami pun mati syahid.
Becak salah gaul & lagi kalem
Setelah bayar
dan ngambil pesanan, kita langsung cabut dari sana, takutnya kita disangka
teroris dengan modus membeli makanan secara
drive-thru. Akhirnya kita kabur dengan terbirit-birit sampai-sampai mek
flotnya jatuh. “WOOIII!! MEK FLOTNYA JATUH, KAMPREETT!!” teriak Ginuk histeris.
Gue dengan sigap langsung loncat dari becak salah gaul dan mungutin mek flot
yang terjatuh. Untunglah mek flotnya gapapa, tapi disaat gue balik badan, becak
salah gaul tadi udah oleng sana-sini kayak lagi nari balet gara-gara gue loncat
dari becak salah gaul dengan tiba-tiba. “KAMPRET LUUU!! BECAKNYA HAMPIR JATOH
NYET!!” teriak Ginuk lagi. “Sorry deh..” jawab gue sambil nahan ketawa.
Akhirnya kita
kembali ke pangkalan beccak salah gaul ini berada, dan mengahabiskan mek flot
yang sempet jatuh sambil menikmati sunset. Gue berharap, harga operasi plastik
udah turun, dan gue bisa mengganti wajah ga tahu malu ini.
0 komentar:
Posting Komentar